Konawe – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-63 tahun 2023 Kabupaten Konawe, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar Rapat Paripurna Istimewa.
Paripurna Istimewa yang dipimpin langsung Ketua DPRD Konawe Ardin, dihadiri langsung oleh Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa, 25 Anggota DPRD Konawe, Forkopimda, Kepala SKDP dan pejabat lainya serta sejumlah tamu undangan.
Dalam sambutannya, Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa (KSK) menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh masyarakat konawe yang telah ikut berpartisipasi dalam perayaan hari ulang tahun Konawe. Sehingga berbagai acara yang di laksanakan berlangsung lancar dan sangat meriah.
“Dalam 1 (satu) dekade ini kita belum pernah menyaksikan kemeriahan perayaan hut seperti tahun ini. Tentunya yang kita lakukan hari ini adalah manifestasi atas rasa syukur dan bahagia karena kita semua telah berhasil membawa kabupaten konawe mencapai kegemilangannya,” ungkap KSK.
Kabupaten Konawe telah melewati masa demi masa, dan setiap masa yang dilewati daerah ini masing-masing telah mencatatkan sejarahnya untuk keberlanjutan dan kesinambungan peradaban di kabupaten konawe. Bahkan saat ini, menjadi bagian dari yang melanjutkan lembaran yang telah diukir oleh pendahulu kita.
“Kita patut bersyukur bahwa catatan yang kita torehkan hingga saat ini menempatkan kabupaten konawe menjadi daerah yang sangat disegani di jazirah Sulawesi Tenggara dalam hal pencapaian pembangunan ekonomi dan pembangunan sumber daya manusianya,” ujarnya.
Perayaan hut konawe yang ke-63 tahun ini, Pemda Konawe mengangkat tema “Konawe Gemilang, Sultra Maju”. Dengan tema ini bermakna bahwa kegemilangan Kabupaten Konawe didalam pembangunan telah menjadi lokomotif bagi provinsi Sulawesi Tenggara untuk bertahan dalam masa-masa sulit di 3 (tiga) tahun terakhir ini.
“Kesuksesan kita membawa konawe melangkah sejauh ini, tidak terlepas dari komitmen dan konsistensi kita menjalankan strategi yang telah kita bangun bersama. Berangkat dari filosofi sederhana yang sering saya sampaikan yakni kita harus memastikan masyarakat bisa makan yakni bermakna sebagai komitmen untuk membangun kesejahteraan ekonomi, bisa sekolah dan masyarakat kita sehat bermakna komitmen membangun sumber daya manusia yang handal,” paparnya.
Prestasi demi prestasi yang telah kita capai tidaklah diperoleh secara tidak sengaja namun semua itu kita design dengan perencanaan yang matang.
“Dalam kesempatan ini saya ingin mengulas kembali start awal yang kita mulai dalam menjalankan pembangunan di Kabupaten Konawe ini pada tahun 2013. Ini penting untuk saya utarakan di forum mulia ini, untuk menjelaskan secara utuh perkembangan daerah ini dalam satu dekade terakhir sehingga kita dapat menilai pencapaian ini dengan sportif dan terbuka,” terang Kery.
“Sebagai pengingat bahwa kami melanjutkan pembangunan ini dengan kondisi yang tidak ideal dimana saat itu pertumbuhan ekonomi bahkan turun pada level -7,86 persen; angka kemiskinan masih mencapai 16,58 persen; indeks pembangunan manusia (ipm) baru mencapai 68,23 dengan status IPM sedang; pendapatan per kapita penduduk baru mencapai 19,4 juta/kapita/tahun atau hanya 1,6 juta/kapita/bulan; tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) baru mencapai 65,06 persen; Kabupaten Konawe masih masuk sebagai kategori daerah tertinggal; demikian halnya kondisi penyelenggaraan pemerintahan di daerah masih belum memenuhi prinsip-prinsip akuntabilitas yang baik dimana opini BPK terhadap laporan keterangan pertanggungjawaban keuangan daerah masih berstatus wajar dengan pengecualian (WDP),” ungkapnya.
Kala itu kita benar-benar menghadapi tantangan yang sangat serius dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Konawe. Namun dengan tekad dan komitmen kita bersama kita berhasil membawa Kabupaten Konawe pada pencapaian terbaiknya selama daerah ini berdiri.
“Kami menyadari saat itu bahwa inovasi dan kreatifitas adalah kunci untuk membawa Konawe keluar dari ketertinggalannya,” jelas Kery.
Dalam kondisi tersebut kita harus berani keluar dari kebiasaan berfikir primitif dan konvensional menuju pada pemikiran yang terbuka dan berorientasi jangka panjang.
Kesejahteraan masyarakat konawe harus dibangun melalui keunggulan yang dimiliki oleh daerah ini. Beberapa program-program kita rancang, diantaranya kita mulai mendorong kemudahan investasi bagi pembangunan kawasan industri di Kabupaten Konawe yakni diantaranya di Morosi dan di Routa.
“Saya sangat menyadari bahwa untuk menjamin keberlangsungan perekonomian daerah dalam jangka panjang harus ditopang dengan sektor manufaktur. Kemudian dari sektor pendidikan kita mulai memberikan beasiswa bagi masyarakat dan pembangunan infrastruktur pendidikan pada jenjang PAUD/TK, SD dan SMP. Dan di sektor kesehatan kita berhasil membangun kebanggaan kita semua yakni Rumah Sakit Unaaha yang saat ini telah menjadi salah satu rumah sakit rujukan penanganan kesehatan di Provinsi Sulawesi Tenggara,” terangnya.
Sementara kita juga tetap berfokus pada pembangunan sumber daya lokal kita yang selama ini telah menjadi kearifan masyarakat Kabupaten Konawe yakni pembangunan di bidang pertanian, peternakan dan perikanan.
Dan untuk mendukung kelancaran aktifitas perekonomian dan sosial masyarakat kita telah membangun infrastruktur – infrastruktur strategis.
Sementara disisi penyelenggaraan pemerintahan daerah kita mulai dari penataan akuntabilitas penggunaan APBD dan pelaporannya. Kita mengintegrasikan strategi pembangunan ini selama 10 tahun terakhir dan hasilnya telah kita rasakan bersama.
Dimana pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe selalu menjadi yang terbaik dalam 5 tahun terkahir, bahkan pada tahun 2022 ini Kabupaten Konawe dapat tumbuh jauh melampaui daerah lainnya di Sultra yakni 15,38 persen; angka kemiskinan sudah dapat kita tekan hingga 12,57 persen, indeks pembangunan manusia (IPM) telah mencapai 72,04 dengan status IPM tinggi.
Pendapatan per kapita penduduk naik signifikan hingga 34 juta/kapita/tahun atau 2,8 juta/kapita/tahun; tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) telah mencapai 70 persen; pada tahun 2015 Kabupaten Konawe keluar dari status daerah tertinggal.
Opini BPK terhadap LKPD Kabupaten Konawe selama 7 tahun berturut-turut memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (WTP). Dan dalam kurun waktu 10 tahun terkahir ini banyak penghargaan-penghargaan yang kita peroleh dari berbagai prestasi kita dalam pengelolaan penyelenggaraan pemerintahan yang telah baik ini.
Serangkaian pencapaian kabupaten konawe secara makro di atas tentunya ditopang dari pencapaian keberhasilan pembangunan secara sektoral yang tidak kami urai satu per satu dalam kesempatan ini.
Hakikat atas undang-undang otonomi daerah telah kita wujudkan dimana kemandirian, daya saing dan aspek pelayanan publik telah kita penuhi dengan sangat baik. Pencapaian pada aspek kemandirian dapat kita lihat dari upaya kita meningkatkan kapasitas fiskal daerah melalui peningkatan proporsi peran pendapatan asli daerah (PAD) terhadap total pendapatan pada APBD.
Pada tahun 2013, proporsi PAD terhadap total pendapatan dalam APBD hanya sebesar 2,72 persen dengan nilai 23 miliar rupiah. Namun dalam kurun waktu 10 tahun terakhir kita berhasil secara perlahan dan konsisten meningkatkan proporsi PAD hingga mencapai 13,33 persen dimana pada tahun 2022 realisasi pad kita sudah mencapai 201 miliar rupiah.
Pada aspek daya saing daerah, dapat kita lihat dari kokohnya perekonomian Kabupaten Konawe dimana ini sudah teruji ketika pandemi Covid-19 melanda di tengah daerah-daerah lainnya di Sultra mengalami perlambatan pertumbuhan hingga level mines, Kabupaten Konawe tetap tumbuh positif dan menjadi penopang bagi perekonomian Sultra, dan hal tersebut berlangsung hingga saat ini.
Dari sisi pelayanan publik kita sudah berupaya membangun ekosistem pelayanan publik yang optimal dimana kita sudah membangun BLUD RSUD Konawe dan mall pelayanan publik ( MPP) Kota Unaaha untuk memudahkan akses masyarakat memperoleh pelayanan yang maksimal.
Hal lain yang kita lakukan dalam memfasilitasi tersedianya pelayanan yakni kita sudah mendorong pembangunan BTS di daerah-daerah terpencil sehingga tidak ada lagi daerah kecamatan yang tidak memiliki signal HP atau signal internet.
Bahkan Kecamatan Routa telah berhasil kita dorong percepatannya untuk memperoleh layanan listrik oleh PLN, sehingga warga masyarakat Routa yang selama ini belum merasakan layanan listrik kini telah memperoleh layanan sebagaimana mestinya.
Kita ketahui bersama bahwa Kabupaten Konawe merupakan salah satu dari empat pilar penting berdirinya Provinsi Sulawesi Tenggara, dalam kedudukan strategisnya tersebut secara kultur dan geopolitik maka Kabupaten Konawe harus terus menunjukan eksistensinya sebagai daerah yang mampu berkontribusi besar bagi masyarakat Sulawesi Tenggara.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini KSK mengajak semua pihak untuk bersatu mendorong Kabupaten Konawe mengambil peran strategis di Provinsi Sulawesi Tenggara ke depannya.
Sementara itu, Ketua DPRD Konawe Ardin, dalam pidatonya mengatakan momentum dirgahayu ini dipenuhi dengan spirit untuk menyatukan tekad, saling gandeng dengan optimis menjalankan kehidupan bermasyarakat yang rukun dan harmonis.
Melalui peringatan hari jadi ini pula, dirinya meminta agar ini gunakan sebagi pengingat kembali bahwa setiap capaian pembangunan yang kita raih saat ini adalah berkat kerja keras para pendahulu kita.
“Tugas kita adalah melanjutkan sebagai wujud syukur dan terima kasih kepada mereka serta tetap bekerja dan memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan daerah kita tercinta,” kata Ardin mengawali sambutannya.
Ardin menjelaskan Kabupaten Konawe sekarang (awal terbentuknya bernama Kabupaten Kendari) memiliki sejarah peradaban yang panjang. Pemerintah Kabupaten Konawe sekarang merupakan kontinuitas dari masa lalu yang wilayahnya meliputi bekas kerajaan Konawe. Masyarakat di wilayah ini telah menghuni daratan jazirah Sulawesi bagian Tenggara.
Terbentuknya tatanan birokrasi pemerintahan tradisional di wilayah ini diawali dari penggabungan beberapa kerajaan kecil yaitu kerajaan Padangguni, Besulutu, Wawolesea Watumendonga dan Tambosupa. Kemudian bergabung dan berintegrasi ke dalam konfederasi kerajaan Konawe dibawah kepemimpinan MOKOLE MORE WEKOILA (1105 Masehi).
Kata Ardin, Mokole More Wekoila kemudian membentuk jabatan OWATI dan pemerintahan Toonomotuo ini dibantu oleh dua orang Pohumba’no yaitu Pohumba (seperti wakil pimpinan) dan Tamalaki (panglima perang). Pemerintah Konawe selanjutnya dilaksanakan raja-raja berikutnya yang terkenal seperti Oheo dan Onggabo, mereka memiliki sistem pemerintahan sendiri.
“Konawe mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Mokole La Rebi dengan gelar Sangia Inato (1602-1668). Ia menerapkan sistem pemerintahan Barata atau empat sayap yaitu “Siwole Mbatohuno Konawe” dan “Opitu dula batuno Konawe” yaitu tujuh anggota dewan kerajaan Konawe,” kata Ardin menjelaskan sejarah Kabupaten Konawe.(Adv)