Jakarta – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 tidak hanya bisa selalu dengan cara berdiskusi saja. Namun diskusi harus dimbangi dengan mewujudkan strategi prioritas agar cita-cita tersebut bisa terwujud.
“Kita harus harus paham apa potensi kita, sektor strategis apa yang harus kita prioritaskan, agar kita bisa menentukan target sekaligus roadmap pembangunan untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045,” kata AHY dalam keterangan tertulis, Jumat (7/6/2024).
Hal itu diungkapkan olehnya saat Focus Group Discussion (FGD) di Universitas Airlangga, beberapa waktu lalu. FGD ini adalah salah satu bagian dari pengumpulan data penelitian disertasi program doktor AHY di Unair, Surabaya.
Pada kesempatan itu, AHY turut mendengarkan dan mencatat poin-poin penting dan beragam pandangan konstruktif dari para narasumber yang berasal dari kalangan akademisi, praktisi dunia industri, pengusaha, anggota legislatif, dan para pejabat tinggi sejumlah kementerian terkait.
AHY pun turut mendorong agar sejumlah penelitian bisa diselesaikan roadmap untuk mewujudkan cita-cita tersebut bisa segera terlaksana.
“Luar biasa benar-benar saya menikmati, menyimak dengan seksama poin-poin penting yang tadi Bapak Ibu sampaikan sesuai dengan keahlian dan pengalaman masing-masing dan ini sangat berharga bagi kami untuk terus membangun kapasitas diri dan khususnya dalam rangka menyelesaikan penelitian, disertasi yang mudah-mudahan hasil roadmap blueprint ini punya nilai manfaat untuk dikontribusikan pada semua,” tutur AHY.
Sementara itu, Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI (2009-2014) Mohammad Nuh yang ikut menjadi narasumber di FGD ini menjelaskan mengapa Visi Indonesia Emas harus 2045. Menurutnya, visi tersebut sangat penting untuk direalisasikan. Sebab Indonesia di tahun itu memasuki usia ke 1 abad.
“Itu bukan hanya momentum 100 Tahun Kemerdekaan, tetapi karena ketemunya tiga hal, yang 20 tahun lalu nggak ketemu tiga hal ini. Yaitu momentum 1 abad Indonesia itu sendiri, dan bersatunya modal yaitu bonus demografi dan opportunity pergeseran kekuatan dunia ke Asia,” jelas Nuh.
“Oleh karena itu Pak AHY, kebutuhan kepemimpinan yang transformasional, yang Pak AHY teliti sekarang itu tepat, karena kalau meleset bisa nggak ketemu lagi tiga hal itu. Apalagi karena Pak AHY bukan sekedar akademisi, tapi punya bobot politik yang kuat. Jadi kalau yang menyuarakan Indonesia Emas itu orang yang memiliki basis akademik yang kuat dan punya dampak politik yang kuat, itu sangat pas,” sambungnya.
Sementara itu Sekjen Kementerian Ketenagakerjaan RI Anwar Sanusi juga menyampaikan harapannya agar hasil penelitian dan disertasi AHY ini dapat menjadi blueprint pengembangan SDM ke depan.
“Satu hal yang pasti kita harus memaksimalkan potensi-potensi bonus demografi untuk peningkatan ekonomi kita. Ini akan menjadi energi yang luar biasa untuk keluar dari middle income trap. Ini bisa dimulai dari pelatihan vokasi terkait pada keterampilan teknis yang bisa langsung digunakan. Keduanya harus melengkapi dalam Sistem Informasi Pasar Kerja (SIPK). Relasi antara demand dengan supply jika dikelola dengan baik akan menghasilkan ekonomi yang luar biasa,” tutup Anwar.