‘KENDARIVERSE’ Diskominfo Kendari Siap Kolaborasi Dengan Pengembangnya

0
PT.Abadi Berkarya Indonesia saat melakukan MOU dengan Pemerintah Kota Kendari pada saat KENDARIVERSE diperkenalkan ke masyarakat Kota Lulo di pembukaan Kendari Expo 2022 lalu.

MNC Trijaya Kendari – Teknologi platform Metaverse telah menjadi topik hangat akhir-akhir ini. Tak hanya secara global, di Indonesia terutama di Kota Kendari siap mengimplementasikan teknologi Metaverse dalam birokrasi dan pelayanan publik masyarakat Kota Kendari.

Melihat perkembangan teknologi tersebut, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Kendari siap berkolaborasi dengan pengemban teknologi tersebut yakni pihak ketiga PT.Abadi Berkarya Indonesia yang sudah melakukan MOU dengan Pemerintah Kota Kendari pada saat KENDARIVERSE diperkenalkan ke masyarakat Kota Lulo di pembukaan Kendari Expo 2022 lalu.

Kepala Diskominfo Kota Kendari, Fadlil Suparman

Kepada MNC Trijaya, Kepala Diskominfo Kota Kendari, Fadlil Suparman menyampaikan siap mendukung teknologi Metaverse ini, karena sejalan dengan Visi kota Kendari yakni ‘Mewujudkan Kota Kendari sebagai Kota Layak Huni yang berbasis Ekologi, Informasi dan Teknologi’, dan siap berkolaborasi dalam hal pengembangannya.

“Kemajuan teknologi informasi adalah suatu hal yang tidak mungkin kita bisa hindari, apalagi kemajuan teknologi itu bisa memudahkan pelayanan kepada masyarakat, ataupun aktivitas-aktivitas lain dari masyarakat dalam hal kegiatannya sehari-hari. Kami Diskominfo Kota Kendari intinya sangat mendukung, bahkan kedepannya kami akan mencoba berkolaborasi dengan teman-teman untuk mengembangkan itu karena pada akhirnya konsep untuk mengembangkan itu akan mendukung tugas dan fungsi kami di Kominfo, dalam hal memudahkan pelayanan maupun aktivitas masyarakat kota Kendari,” sebut Kadis Kominfo Kota Kendari.

Teknologi Metaverse yang diperkenalkan Pemkot Kendari (foto: iptek.co.id)

Dilansir trenasia.com, Metaverse merupakan suatu realitas digital yang menggabungkan aspek media sosial, game online, Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), dan Cryptocurrency untuk memungkinkan pengguna berinteraksi secara virtual. Kehadiran Metaverse ini memungkinkan Anda untuk pergi ke konser virtual, bepergian online, membuat atau melihat karya seni, dan mencoba dan membeli pakaian digital.

Istilah Metaverse pertama kali diciptakan dalam novel fiksi ilmiah Neil Stephenson tahun 1992, Snow Crash. Dalam novel ini, manusia sebagai avatar berinteraksi dengan agen perangkat lunak dalam ruang virtual 3D yang menggunakan metaverse dunia nyata.

Perkembangan Metaverse secara Global Perhatian publik terhadap Metaverse dimulai ketika rumor rebranding Facebook menyebar pada pertengahan Oktober 2021. CEO Facebook Mark Zuckerberg mengumumkan perubahan nama dari Facebook menjadi Meta, dengan fokus menciptakan dunia virtual yang menggabungkan teknologi Virtual Reality dan Augmented Reality melalui Metaverse.

Sementara itu, sebagai raksasa perangkat lunak, Microsoft juga menggunakan dan mengembangkan pencampuran holografik mixed and Extended Reality (XR) Menggunakan platform Microsoft Mesh. Ini nantinya akan menghubungkan dunia nyata dengan Augmented Reality dan Virtual Reality. Seperti dikutip dari trenasia.com.

Metaverse di Indonesia
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memperkirakan Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan Metaverse karena diuntungkan oleh nilai-nilai luhur dan kearifan lokal negara. Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Plate mengatakan pengembangan tersebut akan memanfaatkan sumber daya informatika Indonesia, konektivitas, dan semua elemen, dengan melibatkan berbagai perusahaan yang fokus pada pengembangan Metaverse.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengangkat isu Metaverse dalam pidatonya pada Musyawarah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ke-34 Desember lalu. Dijelaskannya, Metaverse dapat dijadikan sebagai tempat berkumpulnya warga NU untuk mengadakan dan berpartisipasi dalam mahar dan pembacaan maya.

“Metaverse memiliki peluang besar di Indonesia karena dapat digunakan di berbagai bidang seperti pariwisata, pendidikan, kesejahteraan sosial dan perdagangan di Indonesia,” kata Johanna Gani, CEO Grant Thornton Indonesia.

Selain itu, jumlah penduduk Indonesia yang besar juga dapat memperkuat potensi Metaverse di Indonesia, jika sekitar 30% saja penduduk Indonesia aktif di Metaverse dapat dibayangkan perputaran ekonomi digital di sana pasti akan luar biasa.

Pemerintah juga memberi sinyal positif terhadap perkembangan teknologi seperti ini, seperti perkembangan telekomunikasi 4G menuju ke 5G dan juga industri keuangan Indonesia yang sudah mulai menerapkan digitalisasi keuangan.

“Untuk menyambut teknologi Metaverse ini, peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam membenahi keamanan siber, mempersiapkan regulasi yang berkaitan juga infrastruktur yang mendukung teknologi virtual reality dan augmented reality serta mempersiapkan sumber daya manusia yang mumpuni”, ujar Johanna. (Hengky-MNC Trijaya)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here