Konawe — Dalam memaksimalkan produktifitas peternakan di Kabupaten memberikan himbauan kepada seluruh kelompok tani yang menerima bantuan Sapi Peranakan Ongole (PO) agar selalu berkoordinasi kepada Pemerintah Desa atau Lurah.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinakeswan, Jumrin, sebagai bentuk upaya dalam memaksimalkan produktifitas peternakan di Kabupaten Konawe. Karena sapi PO yang merupakan program unggulan Bupati Konawe, Kery Saiful Konggoasa pada tahun 2019 tersebut sangat membutuhkan perawatan ekstra.
“Kami sudah sering mendapat keluhan warga, bahkan ada salah satu kelompok tani di Kecamatan Latoma sapinya belum bunting,” jelasnya, Kamis (8/12/2022).
Hal tersebut terjadi karena pihak Disnakeswan belum dapat mengakses daerah pelosok yang berada di Konawe sehingga permasalahan tersebut akan timbul tanpa diketahui oleh tim Inseminasi Buatan (IB) karena belum adanya laporan yang masuk.
Sehingga dengan demikian, Jumrin berharap peternak selalu berkoordinasi kepada Kepala Desa atau lurah setempat untuk selanjutnya di tindak lanjuti.
“Kami berharap jika ada yang sapinya belum bunting agar melapor ke pemerintah setempat dan kami akan segera tindak lanjuti, karna kami tidak sepenuhnya mengetahui kondisi ternak suatu daerah,” tandasnya.
Untuk diketahui, sapi Peranakan Ongole (sapi PO) sering disebut sebagai Sapi Lokal atau Sapi Jawa atau Sapi Putih. Sapi PO ini merupakan hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi betina Jawa yang berwarna putih. Sapi Ongole (Bos Indicus) sebenarnya berasal dari India, termasuk tipe sapi pekerja dan pedaging yang disebarkan di Indonesia sebagai sapi Sumba Ongole (SO).
Warna bulu sapi Ongole sendiri adalah putih abu-abu dengan warna hitam di sekeliling mata, mempunyai gumba dan gelambir yang besar menggelantung. Saat mencapai umur dewasa, sapi jantan mempunyai berat badan kurang dari 600 kg dan yang betina kurang dari 450 kg. Bobot hidup Sapi PO bervariasi, mulai 220 kg hingga mencapai sekitar 600 kg. (Red)


























